Hari Guru Nasional diperingati pada tanggal 25 November setiap tahunnya. Perayaan Hari Guru ini merupakan momen penting untuk memberikan apresiasi dan penghargaan untuk para pengajar dan tenaga pendidik di seluruh indonesia.
Hari Guru Nasional juga jadi penanda bahwa kehadiran para pengajar sangat penting dan menjadi tonggak yang mencerdaskan generasi bangsa.
Sejarah perayaan Hari Guru Nasional tidak dapat dipisahkan dari perjalanan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Gerakan ini sudah dimulai jauh dari sebelum Indonesia merdeka.
Bagaimana sejarah dan makna perayaan hari guru? Simak penjelasan berikut ini yuk!
Sejarah Hari Guru
Sejarah adanya hari guru sudah dimulai jauh sebelum Indonesia dinyatakan merdeka. Tepatnya eksistensi guru sudah mulai ada sejak era kolonial Belanda dan dilanjutkan pada masa kependudukan Jepang.
Pada Masa tersebut, para guru bukan hanya berperan dalam mengajar siswa-siswi saja. Guru juga berperan sebagai pejuang yang berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, termasuk mencerdaskan anak-anak bangsa.
Meski pada saat itu kaum terpelajar hanya sedikit, peran guru sangat membantu dalam melahirkan generasi yang cerdas dan memahami akan kondisi bangsa pada saat itu. Perjalanan para guru sendiri cukup panjang hingga akhirnya ditetapkan Hari Guru Nasional setiap 25 November.
Awal Mula Adanya Guru dan Sekolah
Tidak seperti bangsa-bangsa lain pada masanya, munculnya calon guru di Hindia Belanda saat itu dimulai pada tahun 1851. Saat itu, berdiri Sekolah Guru Negeri di Surakarta sebagai pendidikan bagi para calon guru.
Sekolah tersebut sebelumnya dikenal dengan nama Normal Cursus. Tujuan didirikannya sekolah ini adalah untuk melahirkan tenaga didik yang mengabdi di desa-desa.
Kemudian pada tahun 1912, Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) berdiri untuk mewadahi para guru dari berbagai kalangan. Ada guru desa, guru bantu, hingga kepala sekolah dari beberapa sekolah yang ada di Hindia Belanda saat itu.
Namun karena perbedaan pangkat dan status, akhirnya organisasi tersebut berkembang menjadi Persatuan Guru Bantu (PGB) dan Perserikatan Guru Desa (PGD). Pada 1932, PGHB berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Guru di Masa Penjajahan Jepang
Setelah Belanda meninggalkan tanah air lalu muncul Jepang, berbagai organisasi pendidikan termasuk PGI dibubarkan. Namun para guru pada saat itu berjuang dengan mendirikan organisasi Guru pada 1943 di Jakarta. Gerakan tersebut diprakarsai oleh Amin Singgih dan rekan-rekan.
Organisasi kemudian berkembang ketika pihak Jepang menyelenggarakan pelatihan khusus untuk guru. Ada berbagai kegiatan mulai dari pelajaran bahasa Jepang, ideologi Hakko Ichiu, dan juga pelatihan militer.
Meski kegiatan tersebut kebanyakan alat propaganda, para guru pada saat itu memanfaatkan kesempatan untuk menjaga semangat nasionalisme di kalangan masyarakat lewat mengajar.
Kongres Guru se-Indonesia
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, pergerakan para guru menjadi semakin mudah untuk menyatukan dan mencerdaskan bangsa. Hingga akhirnya para guru dari seluruh penjuru negeri menyelenggarakan kongres.
Kongres Guru Indonesia diselenggarakan pada 24-25 November 1945 di Sekolah Guru Puteri, Surakarta. Kongres ini diikuti oleh para tenaga didik dari berbagai penjuru negeri, baik yang masih aktif mengajar maupun yang telah pensiun.
Dari sini akhirnya lahir organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Organisasi ini menjadi wadah perjuangan para guru di Indonesia dan menyatukan para guru yang sebelumnya terpecah akibat perbedaan status dan pangkat.
Penetapan Hari Guru Nasional
Hari Guru Nasional akhirnya ditetapkan pada tanggal 25 November mulai tahun 1994. Penetapan ini sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.
Penetapan Hari Guru Nasional ini bertepatan dengan hari lahirnya organisasi PGRI yakni pada 25 November 1945.
Sejarah Hari Guru Nasional tidak terlepas dari perjuangan panjang guru di Indonesia dalam mengangkat harkat dan martabat pendidikan. Pada masa penjajahan, guru sering kali bekerja di bawah tekanan, dengan fasilitas minim dan pengakuan yang kurang. Namun, semangat mereka untuk mencerdaskan bangsa tidak pernah surut.
Makna Hari Guru
Hari Guru bukan sekadar hari libur atau seremoni. Ini adalah momen untuk merenungkan kontribusi besar guru dalam membentuk karakter dan wawasan generasi muda. Guru adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi masa depan bangsa.
Dalam era modern ini, tantangan yang dihadapi guru semakin kompleks, mulai dari perkembangan teknologi hingga perubahan sosial. Namun, dedikasi mereka tetap menjadi pilar utama pendidikan yang berkualitas.
Bentuk Penghormatan untuk Guru
Hari Guru mengingatkan kita untuk selalu menghargai guru, baik melalui ucapan terima kasih, dukungan terhadap pendidikan, maupun dengan menunjukkan hasil nyata dari pembelajaran mereka dalam kehidupan kita.
Sebagai generasi penerus, mari kita jadikan Hari Guru sebagai momentum untuk terus belajar dan meneruskan semangat juang mereka dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
(SS)